Friday, January 20, 2012

10 Sifat Mental Yang Harus Di Hindari

10 Sifat Mental Yang Harus Di Hindari

1. MENYALAHKAN ORANG LAIN

Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet ?
Selalu “siapa” Bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu “apa” sebabnya, bukan “siapa”. Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas.

Kekanak-kanakan. Kenapa ? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh,” Adik tuh yang salah”, atau ” mbak tuh yang salah”. Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu.

2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI

Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper guilty feeling”.

Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang “Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb”. Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya
kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya.

3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA

Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya
kayak gini : Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang:

“Nah tuh ada kelinci, kejar aja”. Dia kejar itu kelinci, wesss…., kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak
terkejar, kelinci masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain.

“Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang”.

“Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih”.

Kalau “GOAL” kita hanya untuk “FUN”, isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja.

4. MEMPUNYAI “GOAL”, TAPI NGAWUR MENCAPAINYA

Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Goalnya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya : Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.

5. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT

Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada ! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin !. Karena hal
itu melawan kodrat.

6. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI

Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan ?

7. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL

Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja
nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.

8. TERLALU CEPAT MENYERAH

Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di
tempat yang salah repot sekali.

9. BAYANG BAYANG MASA LALU

Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa ? Kita selalu penuh memori kan ? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi
kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. “Waktu” itu maju kan ?. Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan ?

Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatif yang menghalangi kesuksesan.

10. MENGHIPNOTIS DIRI DENGAN KESUKSESAN SEMU

Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana lagi.Sudah puas dengan sukses kecil tersebut. Napoleon pernah menyatakan: “Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar”. Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur

Sunday, January 15, 2012

SIAPA TUAN SUMERHAM DAN BAGINDA SO JUANGON?
Oleh
(Beresman Rambe)

Dimulai dari Toga Sumba, mempunyai anak dua orang yaitu Toga Simamora dan Toga Sihombing.
... Toga Simamora memperistri putrid dari kel luarga Saribu Raja, sedangkan Toga Sihombing memperistri putrid dari Siraja Lottung.
Toga Simamora, mempunyai anak dari hasil perkawinannya dengan putrid dari keluarga Saribu Raja, bernama Tuan Sumerham, dan seorang putrid yang buta
Sedangkan Toga Sihombing mempunyai empat orang anak dari hasil perkawinannya dengan putrid keluarga Lottung

(setelah ini keturunan keduanya menjadi marga untuk keturunan selanjutnya. Sebelumnya adalah nama)

yaitu Silaban, Nababan, Hutasoit, Lumbantoruan. Kemudian oleh Toga Simamora, mengawini kembali istri dari Toga Sihombing, lahir tiga orang anak yaitu Purba, Manalu, Debataraja. Maka ke-tujuh marga ini merupakan satu ibu, lain bapak. Kita tinggalkan sejarah tersebut kita focus kepada sejarah selanjutnya tentang Tuan Sumerham. Keturunan Toha Simamora dan Toga Sihombing, bermukim di Tano Tipang Bakkara. Tuan Sumerham bersama tiga orang keturunan Toga Simamora kemudian, tinggal serumah dan keturunan Toga Sihombing berada serumah di tempat lain. Tuan Sumerham memperistri putrid dari keluarga marga Siregar juga cucu dari Lottung. Kemudian sejarahnya, semuanya sudah berkeluarga.
Purba, Manalu, Debataraja masing-masing segera dikaruniai anak. Sedangkan Tuan Sumerham dengan istrinya boru Siregar belum mempunyai anak. Hal inilah salah satu yang menganjal hubungan antara keluarga Tuan Sumerham dengan ketiga Saudara tirinya. Berbagai ejekan dan hinaan hamper setiap hari diterima oleh opong boru kita boru Siregar dan tetap tidak “dihailahon tondina”
Hal ini juga diselami oppung kita Tuan Sumerham. Pada suatu saat oppugn boru kita boru Siregar memohon kepada Tuan Sumerham, agar mereka pergi jauh dari ketiga Saudaranya, karena boru Siregar sudah tidak tahan lagi atas ejekan dan hinaanistri ketiga Saudara tirinya. Akhirnya di suatu malam hari saat Saudara tirinya tertidur, mereka meninggalkan kampungnya, Tano Tipang Bakkara dengan terlebih dahulu mengamankan pusaka Toga Simamora yaitu,
1. Pedang sitastas nambur yang diikat oleh emas, Tetapi Sarung dari Pedang
juga dikat dengan emas, disembunyikan di Bonggar-bonggar
2. Tombak yang bermata emas, tangkainya (stik) di kubur di salah satu tiang
rumah,
3. Pustaha (buku lak-lak)
4. Gong (ogung sarabanan) di kubur di pokok nangka silambuyak (pinasa
silambuyak)
Setelah Tuan Sumerham mengamankan ke-empat barang pusaka tersebut, maka merekapun pergi menuju suatu tempat yang belum mereka ketahui. Sebagai acuan mereka tinggal di mana, sudah mempersiapkan sekepal tanah dari Tano Tipang Bakkar, yang akan di bandingkan dengan tanah pilihan mereka dimana kelak akan berdiam/tinggal.
Tibalah mereka (Tuan Sumerham dan boru Siregar) di suatu tempat pebukitan, yang kita kenal sekarang bernama “LOBU TONDANG” dipelataran lobu tondang, terdapat sebuah pohon, yang disebut pohon buah rambe, yang setiap saat berbuah dan setiap saat banyak buahnya yang sudah matang. Rasanya manis asam dan lebih terasa manisnya kalau sudah sempurna matangnya. Buah inilah yang menjadi makanan mereka sementara sebelum hasil tani mereka panen. Serta dilereng pebukitan tersebut, terdapat mata air yang sangat segar dan jernih, menjadi sumber air bersih dan cuci mandi bagi Tuan Sumerham dan boru Siregar.
Ternyata buah rambe ini mempunyai khasiat untuk menyuburkan kedua oppung kita Tuan Sumerham dan boru Siregar. Maka pada suatu saat Oppung kita boru Siregar mengandung anak pertamanya. dan seterusnya hingga mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri. Anak Pertama diberi nama Rambe Toga Purba, Anak Kedua diberi nama Rambe Raja Nalu, yang terakhir Rambe Anak Raja dan Rambe menjadi icon ketiga anaknya yang selanjutnya menjadi marga keturunan Tuan Sumerham, dan sejak saat itu Rambe semakin banyak, dan tidak mungkin tinggal di suatu tempat yaitu Lobu Tondang.
(Sejarah pertemuan Tuan Sumerham dengan Raja Tuktung Pardosi sejarah tersendiri dalam Tulisan ini)

Maka Rambe Toga Purba istrinya Rumbi br. Pardosi ditempatkan di Tambok Rawang Jakhadatuon/Batugaja sebelah selatan Lobu Tondang dengan daerah penyebaran kearah selatan, Tenggara, dan Barat daya. Rambe Raja Nalu dengan istrinya Kirri br. Pardosi ditempatkan di Rura Parira Sibambanon sebelah Timur Lobu Tondang, dengan daerah penyebaran keturunannya Timur, Timur Laut dan Tenggara. Rambe Anak Raja dengan istrinya Nanja br. Pardosi ditempatkan di Tolping sebelah Barat Lobu Tondang dengan daerah penyebaran keturunan daerah Barat Daya dan Barat Laut. Daerah Utara yang dibentang oleh sungai Sisira menjadi daerah panombangan sekaligus menjadi batas bagian Utara Negeri Rambe. Hingga generasi ke-7 pemakaian marga Rambe masih eksis di Negeri Rambe, Pakkat.
Menurut penelusuran saya, bahwa keturunan Tuan Sumerham sebelum masuknya rintisan jalan oleh Belanda ke seluruh daerah di sumatera utara, adalah memakai marga Rambe. Ini dibuktikan oleh
1. Nisan marga manik yang terdapat di Sijarango tertulis “Op. Ganda Marimbulu
Manik/br. Rambe”
2. Surat Keterangan dari pemerintah Belanda tertulis “Aman Sampe Rambe
marhoendoelan di Pakkat Barus Hulu”. Ternyata keturunan Sampe Rambe sekarang
ini memakai marga Purba
3. Marga Rambe sendiri yang tinggal di daerah selatan Sumatera Utara (Utamanya
Sipiongot dan Gunungtua sekitarnya) Kahanggi yang bermukim di sana, membawa
marga rambe dari Pakkat, tetap memakai Rambe sampai sekarang
Setelah anak-anaknya dewasa, ketiganya mengambil istri putrinya raja Pardosi, borunya Raja Tuktung

(cerita ini saya perpendek, mengambil pokok-pokok
yang di bicarakan difacebook mudah-mudahan satu saat saya bisa menulis
sejarahnya di blog
lobu tondang sedetail mungkin)

Kalau yang bernama asli Baginda So Juangon adalah generasi ke 5 dari Tuan Sumerham adalah dari si Rambe Anak Raja. dua bersaudara, adeknya bernama Guru So Juangon tinggal di Pakkat Hauagong. (ini saya dapat kemudian setelah orang sudah memutuskan kalau Baginda So Juangon dari Si Rambe Raja Nalu) Baginda So Juangon dari si Anak Raja, menjadi dianggap mengacaukan tarombo/stambuk
I. Tarombo/Stambuk dari Pakkat.
Gnr. 1. Tuan Sumerham/br. Siregar, mempunyai anak tiga dan satu putri yaitu:
Gnr. 2. 1. Rambe Toga Purba/Rumbi br. Pardosi (Tambok Rawang)
2. Rambe Raja Nalu/Kirri br. Pardosi (Rura Parira)
3. Rambe Anak Raja/Nanja br. Pardosi (Tolping) Putri Tuan Sumerham yang bernama Surta Mulia br. Rambe, Menukah dengan marga Pasaribu, dan diberi mereka Pahuseang di Sirandorung, Negeri Rambe Pakkat.
Untuk mengetahui Sundutnya Tuan Sumerham menurut versi Rambe Anak Raja, maka selanjutnya kita ambil dari Rambe Anak Raja
Gnr.2. Rambe Anak Raja/Nanja br. Pardosi mempunyai anak toga orang
Gnr.3. 1. Raja Perak Rambe Anak Raja (Lobu Hariburan)
2. Raja Mole-ole Rambe Anak Raja (Sijarango-Siambaton)
3. Tumpak Martahi Rambe Anak Raja (Huta Tonga)
Raja Perak Rambe Anak Raja Mempunyai anak dua orang
Gnr.4. 1. Tunggul Di Juji Rambe Anak Raja (merantau ke Aceh) hingga sekarang
belum ada informasi tentang keturunannya.
2. Raja Na Gurguron Rambe Anak Raja
Raja Na Gurguron Rambe Anak Raja mempunyai anak dua orang yaitu;
Gnr.5. 1. Baginda So Juangon Rambe Anak Raja dalam stambuk/tarombo yang
saya dapatkan terdapat catatan, bahwa Baginda So Juangon pergi merantau
kearah Sidempuan
2. Guru So Juangon Rambe Anak Raja
Dari Guru So Juangon, hingga generasi ke Sembilan, masing-masing hanya mempunyai satu orang keturunan.
Secara berurutan, Gnr. Ke-6 Oppu Sangga Mulana. Gnr. Ke-7, Amani Sangga Mulana, Gnr. Ke-8, Sangga Mulana, Gnr. Ke-9, Oppu Sigurdangon, mempunyai dua orang anak yaitu Gnr. Ke-10 1. Op. Sailan dan 2. Aman .
Catatan Penulis : ini merupakan penuangan dari yang sudah ditemukan semata. Kemungkinan akan berkembang sesuai dengan yang ditemukan kemudian. Sehingga bukan kebenaran mutlak, tetapi sudah dapat dijadikan acuan terhadap perkembangan kemudian.

Pendapat dan informasi ini, diperkuat oleh statmen seorang natua-tua kita dari Siranggason, Pakkat, pada bulan Desember 2009 yang lalu, menyatakan; “Opponta Baginda So Juangon, ima apala hahani Oppunta Guru So Juangon, na lao mangaranto, pinompar ni oppunta Si Anak Raja”. Nama ini juga persis sama dengan yang ada di daerah perantauan Selatan Sumut. Yang menjadi pertanyaan, Kalau Baginda So Juangon dari omppung kita Rambe Raja Nalu, kenapa merobah nama, sebab pada saat di Laksa, Pakkat kalau tidak salah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu. Kenapa berobah menjadi Baginda So Juangon?
II. Tarombo/Stambuk Baginda So Juangon (dari Selatan)
Gnr. 1. Tuan Sumerham/br. Siregar, punya anak tiga orang (tidak disebut dengan seorang Putri), Yaitu;
Gnr. 2. 1. Rambe Raja Purba
2. Rambe Raja Nalu
3. Rambe Anak Raja
Diambil dari Rambe Anak Raja, mempunyai tiga orang anak, yaitu;
Gnr. 3. 1. Raja Perak Rambe
2. Raja Mole-ole Rambe
3. Tumpak Martahi Rambe
Diambil dari Raja Perak Rambe, mempunyai dua orang anak yaitu;
Gnr. 4. 1. Tunggul Di Juji Rambe
2. Raja Na Gurguron Rambe
Diambil dari Raja Na Gurguron, mempunyai dua orang anak yaitu;
Gnr. 5. 1. Baginda Raja So Juangon Rambe (di Aek Pisang)
2. Guru So Juangon Rambe (di Pakkat)
Diambil dari Baginda Raja So Juangon Rambe, mempunyai emapat orang anak yaitu;
Gnr. 6. 1. Namora Dibatu Nabolon Rambe (haruaran ni raja-raja Tano Holbung)
2. Namora Tabo Rambe (haruaran ni raja-raja Rambe Huta Somat) Sipiongot
3. Namora di Gurguron Rambe (haruaran ni raja-raja Rambe Simundol)
4. Guru Muloha Rambe (haruaran ni raja-raja Rambe Aek Suhat)
Yang memberikan Tarombo ini mengambil generasi/sundut berikutnya dari
Namora Dibatu Nabolon, mempunyai satu orang anak yaitu;
Gnr. 7. 1. Jalaga Rambe mempunyai empat orang anak yaitu;
Gnr. 8. 1. Japanggulmaan Rambe.
2. Badu Soman Rambe.
3. Simundol Rambe.
4. Jaonan Rambe.
Dari generasi/sundut ke-8 ini, diambil dari Japanggulmaan dan Jaonan
Rambe. Japanggulmaan mempunyai 5 orang anak, yaitu;
Gnr. 9. 1. Jatanduk Rambe.
2. Jahulembang Rambe (Aek Tangga).
3. Akal Rambe.
4. Jalius Rambe.
5. Alias Rambe.
Anak dari Jaonan Rambe ada 5 orang yaitu;
Gnr. 9. 1. Jahobuk Rambe.
2. Mulia Rambe.
3. Jarupat Rambe.
4. Japanggulapak Rambe.
5. Adil Rambe.
Untuk generasi/sundut ke-10, diambil dari generasinya Japanggulmaan
Yaitu; Jatanduk Rambe, mempunyai dua orang anak yaitu;
Gnr. 10.1. Rokkaya Inganan Rambe.
2. Jatumbasan Rambe. (sungai Pining)
Jahulembang Rambe mempunyai 5 orang anak yaitu;
Gnr. 10.1. Jamanahan Rambe (Sungai Pining).
2. Cair Muda Rambe (Sungai Pining).
3. Jamarmasuk Rambe (Sipotang Ari).
4. Marasia Rambe (Bondar Sito).
5. Jasayas Rambe (Bonandolok).
Anak dari Jalius Rambe (sungai Pining), dua orang yaitu;
Gnr. 10.1. Markus Rambe (sungai Pining)
2. Japarnantian Rambe (Sungai Mangambat)

Anak dari Alias Rambe satu orang yaitu;
Gnr. 10.1. Raja Ona Rambe. Dst.

Catatan Penulis: Tarombo ini dituangkan dari tarombo yang saya simpan. Semata-mata bukan yang paling benar, tetapi pling tidak menjadi acuan, atau bandingan terahadap temuan kemudian. Kalau ada perbedaan dengan tarombo yang menjelaskan tentang Baginda So Juangon, tentu ini menjadi bahan pertimbangan dan pemikiran bagi Marga Rambe bukan untuk mengacaukan garis keturunan kahanggi.

Kalau nama itu Glr. Baginda So Juangon adalah hal yang lumrah mengambil nama
oppungnya sama-sama Rambe. Sebab Satia Raja adala Generasi ke-7 dari
Tuan Sumerham. Informasi lain yang perlu dipertimbangkan bahwa saya
mendapatkan tarombo dari selatan di Jakarta, juga sama dengan dokumen
yang saya simpan. Dan tarombo itu menurut yang punya sudah turun
temeurun sampai ke dia.
Lalu yang menjadi patokan para orang tua yang disosialisasikan ke generasi sekarang adalah bahwa Baginda So Juangon berasal dari Si Rambe Raja Nalu. Tetapi informasi dari generasi muda Rambe melalui jejaring social, ada yang mengatakan generasi ke-5 dari Tuan Sumerham, dan ada yang mengatakan generasi ke-7. Tentu informasi ini dari para orang tua Rambe juga. Mungkin juga orang tua mereka. Saya sendiri sudah menelusurianya, dari catatan yang ada atau pernyataan yang bersangkutan, diakui sama-sama Baginda So Juangon walau dalam pengetahuan mereka berbeda generasi. Kalau dikatakan Baginda So Juangon generasi ke-5, maka beliau dari Rambe Anak Raja dan yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan Anak Raja. Kalau dikatakan Baginda So Juangon itu adalah generasi ke-7 maka yang mengatakan itu adalah Rambe keturunan dari Raja Nalu. Dan hasil penelusuran tersebut diiakan oleh salah seorang mereka dari satu oppung, bahwa Keturunan dari Rambe Raja Nalu yang “menyusul” ke Sipiongot, adalah bernama Satia Raja Rambe Raja Nalu yang meninggalkan seorang istri boru Pane dan seorang putra di Laksa, Pakkat. dan Satia Raja sendiri generasi ke 7 dari Tuan Sumerham.

(Catatan : Kata menyusul di sini adalah adanya saudara yang sudah lebih dahulu tinggal di sana lalu kemudian di ikuti yang lain kemudian dalam satu marga)

yang menjadi pertanyaan kenapa menjadi Baginda So Juangon? atau mungkin glr. Baginda So Juangon ? Kenapa tidak tetap memakai nama Satia Raja. (lanjutan cerita ini akan menyangkut Rambey yang mengaku Lubis nanti akan disambung dalam tulisan tersendiri sesuai versi Rambe).
oleh Beresman Rambe